Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak


Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak-Saat bayi baru lahir sampai usia satu tahun, lazim disebut dengan istilah infant artinya tidak mampu berbicara. Istilah ini memang tepat kalau dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam berbicara. Perkembangan bahasa bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu ; 1)tahap perkembangan artikulasi, dan 2) tahap perkembangan kata dan kalimat (Poerwo, 1989). Pertama kita akan membahas Tahap Perkembangan Artikulasi
1.      Tahap Perkembangan Artikulasi
Tahap ini dilalui bayi antara sejak lahir kira-kira berusia 14 bulan. Usaha kea rah “menghasilakan” bunyi-bunyi itu sudah mulai pada minggu-minggu sejak kelahiran bayi tersebut. Perkembangan menghasilkan bunyi ini disebut perkembangan artikulasi, dilalui seorang bayi melalui rangkaian tapap sebagai berikut.

a.      Bunyi Resonansi
Penghasilan bunyi, yang terjadi dalam rongga mulut, tidak terlepas dari kegiatan dan perkembangan montorik bayi pada bagian rongga mulut. Baunyi yang paling umum yang dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis karena merasa tidak enak atau merasa lapar dan bunyi-bunyi sebagai batuk, bersin, dan sedawa.  Disamping itu, ada pula bunyi bukan tangis yang disebut bunyi “kuasi resonansi, bunyi ini belum ada konsonannya dan vokalnya belum sepenuhnya mengandung resonansi.

b.      Bunyi berdekut
Mendekati usia dua bulan bayi telah mengembangan kendali otot mulut untuk memulai dan mengentikan gerakan secara mantap. Pada tahap ini suara tawa dan suara berdekut (cooking) telah terdengar. Bunyi berdekut ini agak mirip dengan bunyi [ooo] pada burung merpati. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi konsonan belakang dan tengah dengan vocal belakang, tetapi dengan resonansi penuh. Bunyi konsonannya mirip dengan bunyi [s] dan bunyi hampat velar yang mirip dengan bunyi [k] dan [g].
c.       Bunyi Berleter
Berleter adalah mengelurkan bunyi yang terus menerus tanpa tujuan. Berleter ini biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara empat sampai enam bulan.
d.      Bunyi Berleter Ulang
Tahap ini dilalui si anak berusia antara enam sampai sepuluh bulan. Konsonan yang mula-mula dapat diucapkan adalah bunyi labial [p] dan [b], bunyi letup alveolarm [t] dan [d], bunyi nasal [j]. Yang paling umum terdengar adalah bunyi suku kata yang merupakan rangkaian konsonan dan vocal seperti “ba-ba-ba” atau “ma-ma-ma”.
e.       Bunyi vakabel
Vakabel adalah bunyi yang hamper menyerupai kata, tetapi tidak mempunyai arti dan bukan merupkan tiruan orang dewasa.  Vokabel ini dapat dihasilkan oleh sang anak antara usia 11 sampai 14 bulan.
2.    Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat
     Kemampuan bervakabel dilanjutkan dengan kemampuan mengucapkan kata, lalu mengucapkan
kalimat sederhana, dan kalimat yang lebih sempurna.
a.      Kata Pertama
Kemampuan mengucapkab kata pertama sangat ditentukan oleh penguasaan artikulasi, dan oleh kemampuabn mengaitkan kata dengan benda yang menjadi rujukkan (de Vilers, 1097 dalam Purwo, 1989). Pada tahap ini anak cenderung menyederhanakan pengecapannya yang dilakukan secara sistematis.
b.      Kalimat Satu Kata
Kata pertama yang berhasil diucapkan anak akan disusul oleh kata kedua, ketiga, keempay dan seterusnya. Kalimat satu kata yang lazim disebut ucapan holofrasis.
c.       Kalimat Dua kata
Yang dimaksud dengan kalimat dua kata adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua buah kata, sebagai kelanjutan dari kalimat satu kata.
  
d.        Kalimat Lebih lanjut
Pernguasaan kalimat dua kata mencapai tahap tertentu, maka berkembanglah penyusunan kalimat yang terdiri dari tiga buah kata.


3.     Tahap perkembangan sekolah
a.       Perkembangan fonologi
Sebelum masuk SD, anak anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyi bahasa, tetapi masih
ada beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut woolfolk (1990) sekitar 10% anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s,z, v. Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f,sy, dan ks diucapkan p, s, k. Terkait dengan itu, tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD, khusunya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh, ch. Bahkan pada umur 7 sampai 8 tahun anak masih membuat bunyi.pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia didugapun mengalami kesulitan dalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x dan bunyi kluster misalnya str, pr, pada kata struktur dan pragmatik.

b.      Perkembangan morfologis
Afiksasi bahasa indonesia merupakan salah satu aspek morfologi yang kompleks. Hal ini terjadi karen satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks, sufiks, simulfiks) berubah-rubah. Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada periode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen.

c.       Perkembangan sintaksis
Brown dan Harion (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa kalimat awal anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif dan berorientasi berita. Setelah itu, anak baru menguasai kalimat tanya dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya maupun ingkar sedangkan menurut hasil pengamatan Brown dan Bellugi terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu pengembangan, pengurangan dan peniruan.
                        Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan inimungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk kata kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi dan seterusnya. Dari segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakan struktur sederhana bila berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun belum dapat memahami bentuk kompleks seperti kalimat pasif.

d.      Perkembangan semantik
Selama periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara horisontal anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan secara vertikal berupa penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut linfors, perkembangan semantik dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun (tompkins, 1989).
Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata meningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau makna yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari definisi kata-kata lepas kekalimat yang menyatakan  hubungan kompleks.

e.       Perkembangan  pragmatik
Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal penting dibanding perkembangan aspek bahsa lainnya pada usia SD. Hal ini pada usia prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secara akurat , sistematis,dan menarik. Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak
1)      Kepada siapa berbicara
2)      Untuk tujuan apa
3)      Dalam konteks apa
4)      Dalam situasi apa
5)      Dengan jalur apa
6)      Melalui media apa
7)      Dalam peristiwa apa (tarigan, 1990).
Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi bahsa yang dikemukakan oleh M.A.K haliday : instrumental, regulator, interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan informatif.
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena rasa lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya saatia menangis sehingga kemudian bayi akan menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya.
Ø  Pada usia 3 minggu, bayi tersenyum saat ada ransangan dari luar, misalnya wajah seseorang, tatapan mata, suara dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial
Ø  Pada usia 12 minggu, mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya memberi tanggapan.
Ø  Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.
Ø  Pada usia 5 bulan, bayi mulai meniru gerak-gerik orang mempelajari bentuk ekspresi wajah.
Ø  Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik

Itulah ulasan menegenai Tahap Perkembanga Bahasa Pada Anak, mulai dari tahap perkembangan artikulasi sampai pada tahap perkembangan kata dan kalimat. Silahkan bagi anda yang ingin menjadikan ini sebagai bahan referensi jangan lupa melampirkan alamat situsnya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua .Wassalam.

Post a Comment for "Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak"